Didalam surat ini berisikan tentang permintaan perlindungan dengan tuhan yang mangasuh kita, dari kejahatan musuh-musuh, iblis yang dilaknat dan penolong-penolongnya dari golongan syetan (berwujud) manusia dan syetan (berwujud) jin, yang menyesatkan manusia dari segala macam bentuk kewas-wasan, dan seni-sini kesesatan. Artinya: katakanlah wahai Rasul, sesungguhnya aku berlindungi dan meminta penjagaan kepada pencipta manusia, pengasuh mereka, dan mengatur rizki dan kehidupan mereka, “Raja manusia” yaitu: raja bagi seluruh ciptaan,
bagi semua hakim dan yang diberi hukum, bagi semua kerajaan dan suku, dan Dia penguasa mereka untuk menghidupkan, mematikan, memuliakan, merendahkan, mengkayakan, memiskinkan. Dan Dia maha agung dan maha tinggi, tuhan yang memiliki kerajaan “Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki” (Q.S 3:26), kemudian Allah berfirman: “Sembahan manusia” yaitu: Dia yang maha agung lagi maha tinggi, tuhan mereka dan sesembahan mereka, tidak ada tuhan bagi mereka kecuali Dia, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Dia. Allah SWT mensifati diri-Nya dengan “Raja” dan “sesembahan”, karena pada manusia terdapat raja-raja, dan Dia Rajanya mereka, dan sebagian manusia ada yang menyembah selain-Nya, kemudian Dia menyebutkan bahwasannya dirinya adalah sesembahan mereka yang berhak di ibadahi, dan Dia adalah yang wajib dimintai perlindungan, dimintai keamanan dan penjagaan bukan selain-Nya dari raja-raja dan pembesar-pembesar. Adapun pengulangan kalimat “manusia” sebanyak tiga kali, untuk menampakan kemuliaan dan pernghormatan mereka disisi Allah “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam” (Q.S 17:70), kemudian Allah menyandarkan mereka kepada diri-Nya sebagai kemulian dan pengagungan, dan untuk penjelas perhatian-Nya dalam kehidupan mereka. dan pada pengulangan itu terdapat kemulian dan kebanggaan bagi mereka, seperti dikatakann pada syair arab:
Ulangilah penyebutan si Nu’man kepada kita, sesungguhnya menyebutnya itu adalah wangi, tidaklah kamu mengulainginya maka baunya menyerbak
Adapun yang dimintai perlindungannya itu adalah syaitan yang terkutuk, maka dari itu Allah berfirman: “Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi” yaitu: dari kejahatan syaitan yang terlaknat, yang menggangu hati-hati manusia, untuk menyesatkan mereka kepada kekufuran, kemaksiatan dan kemesuman!!. dan ( Ų§ŁْŁَŲ³ْŁَŲ§Ų³ِ) “waswas” adalah salah satu nama syaitan, dan ( Ų§ŁْŲ®َŁَّŲ§Ų³ِ ) “yang biasa bersembunyi”, yaitu: pergi dan sembunyi ketika seorang hamba menyebut tuhannya, apa bila dia lalai mengingat Allah, maka syetan akan kembali dan membisikinya.“yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia (5)” yaitu: yang datang –dengan sangat menjijikan- ke dalam dada manusia, menciptakan bisikan dan keraguan yang batil “Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka” (Q.S 4:120). Dan bisikannya itu mengajak untuk taat kepadanya, berupa perkataan yang tersembunyi yang maksudnya sampai kepada hati dengan tanpa suara, dan dijelaskan pada hadist:
Artinya: “sesungguhnya syaitan itu meletakkan hidungnya dihati anak adam, jika dia mengingat Allah maka syaitan bersembunyi –dan menjauh-, dan jika dia lupa maka syetan melahap hatinya dan membisikinya” H.R al-mushili. kemudian Allah SWT menjelaskan siapa-siapa yan harus dimintai perlindungan dari kejahatannya, kemudian Allah Berfirman: “dari (golongan) jin dan manusia (6)” yaitu: inilah yang membisikan manusia, karena fitnah dan kesesatan mereka, dia dari golongan syetan manusia dan syetan jin “yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)” (Q.S 6:112), dan surat yang mulia ini didalamnya terdapat permintaan perlindungan dari semua syetan, dan meminta keamanan kepada Allah SWT dari kejahatan mereka. tidak diragukan lagi bahwa syetan-syetan (berwujud) manusia lebih banyak serangan dan bahayanya dari pada syetan-syetan (berwujud) jin, karena syetan-syetan jin akan bersembunyi dan menjauh dengan berta’awudz (meminta perlindungan), sedangkan syetan-syetan manusia mengiasinya dengan macam-macam kenikmatan, menyesatkan dengan macam-macam kemungkaran, dan tidak dapat berpaling dari azamnya sedikitpun!!. sesungguhnya Rasul telah menyampaikan Qur’an dengan tata bahasa yang diturunkannya, sebagaimana Allah mewahyukanya kepada nabi Muhammad, maka dari itu ayat diatas tidak berbunyi “aku berlindung kepada tuhan semesta” atau “aku berlindung kepada tuhan manusia”, tetapi dua surat itu mengkisahkan dengan lafaz yang diturunkan kepadanya: "katakanlah: Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia”. Zur bin qois berkata: aku bertanya ubay bin ka’ab tentang MUAWIDZATAIN, kemudian dia menjawab: aku bertanya Nabi SAW, kemudian Nabi menjawab: “dikatakan kepadaku”, kemudian aku berkata: kemudian kami berkata sebagai mana Nabi SAW sabdakan[16]. H.R Bukhhori.
Surat 114: An-Naas
(Manusia)
(Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Penyayang)
No.
|
Teks terjemahan
|
Teks Qur'an dan latinnya
|
"Katakanlah: 'Aku berlindung kepada Rabb manusia'." – (QS.114:1)
|
ŁُŁْ Ų£َŲ¹ُŁŲ°ُ ŲØِŲ±َŲØِّ Ų§ŁŁَّŲ§Ų³ِ
|
|
Qul a'uudzu birabbin-naas(i)
|
||
"Raja manusia." – (QS.114:2)
|
Ł
َŁِŁِ Ų§ŁŁَّŲ§Ų³ِ
|
|
Malikin-naas(i)
|
||
"Sembahan manusia," – (QS.114:3)
|
Ų„ِŁَŁِ Ų§ŁŁَّŲ§Ų³ِ
|
|
Ilahin-naas(i)
|
||
"dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi," – (QS.114:4)
|
Ł
ِŁْ Ų“َŲ±ِّ Ų§ŁْŁَŲ³ْŁَŲ§Ų³ِ Ų§ŁْŲ®َŁَّŲ§Ų³ِ
|
|
Min syarril waswaasil khan-naas(i)
|
||
"yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia," – (QS.114:5)
|
Ų§ŁَّŲ°ِŁ ŁُŁَŲ³ْŁِŲ³ُ ŁِŁ ŲµُŲÆُŁŲ±ِ Ų§ŁŁَّŲ§Ų³ِ
|
|
Al-ladzii yuwaswisu fii shuduurin-naas(i)
|
||
"dari (golongan) jin dan manusia." – (QS.114:6)
|
Ł
ِŁَ Ų§ŁْŲ¬ِŁَّŲ©ِ ŁَŲ§ŁŁَّŲ§Ų³ِ
|
|
Minal jinnati wan-naas(i)
|
0 komentar