Nabi Harun alaihissalam (sekitar 1531-1408 SM) adalah salah seorang nabi yang telah diminta oleh Nabi Musa pada Allah dalam membantu menegakkan agama Allah. Kisahnya tidak bisa lepas dari kisah Nabi Musa, karena ia adalah juru bicara Nabi Musaketika menghadapi Fir’aun ataupun umat Nabi Musa sendiri, Bani Israil di Sina. Kisahnya dimulai ketika Nabi Musa berhasil membawa umatnya keluar dari Mesir dan selamat dari kejaran Fir’aun yang ingin membunuh mereka. Namanya disebutkan sebanyak 19 kali di dalam Al-Quran dan wafat di Tanah Tih.
Ia menikah dengan dua orang wanita yang bernama Elisheba dan Miriam.
Ia menikah dengan dua orang wanita yang bernama Elisheba dan Miriam.
Nabi Harun lahir pada tahun ketika anak-anak tidak dibunuh, sedangkan Nabi Musa lahir pada tahun terjadinya pembunuhan. Nabi Harun alaihissalam adalah kakak kandung (kakak satu ibu) dari Musa, maka silsilahnya adalah sebagai berikut Harun bin Imran bin Qahits bin Lawi bin Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim. Menurut situs web scribd.com, silsilahnya adalah sebagai berikut, Harun bin Imran bin Fahis bin 'Azir bin Lawi binYa'qub bin Ishaq bin Ibrahim bin Azara bin Nahur bin Suruj bin Ra'u bin Falij bin 'Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh.
Nabi Harun fasih berbicara
Beliau ialah kakak satu ibu dengan Nabi Musa,
diutus untuk membantu Musa memimpin Bani
Israel ke jalan yang benar.
Firman Allah bermaksud: “Dan Kami telah
menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat
Kami, yaitu saudaranya, Harun menjadi seorang
nabi.”
Harun dilahirkan tiga tahun sebelum Musa. Ia
yang fasih berbicara dan mempunyai pendirian
tetap sering mengikuti Musa dalam
menyampaikan dakwah kepada Firaun,
Hamman dan Qarun. Nabi Musa sendiri
mengakui saudaranya fasih berbicara dan
berdebat, seperti diceritakan al-Quran: “Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya
daripadaku, maka utuslah dia bersamaku
sebagai pembantuku untuk membenarkan
(perkataan) ku, sesungguhnya aku khawatir
mereka akan berdusta.”
وَأَخِي هَارُونُ هُوَ أَفْصَحُ مِنِّي لِسَانًا فَأَرْسِلْهُ مَعِيَ رِدْءًا يُصَدِّقُنِي إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُكَذِّبُونِ
"Dan (lagi) saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripada aku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku, untuk membenarkan (perkataan)ku; sesungguhnya aku kuatir mereka akan mendustakanku'."
– (QS.28:34)
Selama ditinggal Nabi Musa untuk bersemedi di Thur Sina, Harun juga diberikan amanah untuk mengawasi dan memimpin penduduk Bani Israel dari perbuatan mungkar, dan juga menyekutukan Allah dengan benda lain. Musa berkata kepada Harun: “Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku dan perbaikilah, jangan kamu mengikuti jalan orang yang melakukan kerusakan.” Bagaimanapun, selama kepergian Musa ke Thur Sina, berlaku ujian terhadap Bani Israel. Sebagian mereka menyekutukan Allah dengan menyembah anak lembu yang terbuat dari emas oleh Samiri. Mereka menyembah patung lembu itu setelah terpedaya dengan tipu muslihat Samiri yang menjadikannya bisa berbicara. Harun sudah mengingatkan mereka bahwa perbuatan itu adalah dosa besar, namun segala nasihat dan amaran berkaitan dengan itu tidak dipedulikan. Selepas bersemedi selama 40 hari, Musa kembali kepada kaumnya dan sungguh terkejut dengan perbuatan menyembah patung sapi itu.
Musa bukan saja marah kepada kaumnya, malah Harun sendiri turut ditarik kepala dan janggutnya. Musa bertanya kepada Harun: “Wahai Harun, apa yang menghalangi engkau dari mencegah mereka ketika engkau melihat mereka sesat? Apakah engkau tidak mengikuti aku atau engkau menduharkai perintahku?”. Harun berkata: “Wahai saudaraku, janganlah engkau merenggut janggutku dan janganlah engkau menarik kepalaku, sesungguhnya aku takut engkau akan berkata, “engkau mengadakan perpecahan dalam Bani Israel dan engkau tidak memelihara perkataanku.” Kemudian Musa mendapatkan Samiri, lalu berkata: “Pergilah kamu dari sini bersama pengikutmu. Patung sapi itu yang menjadi tuhanmu akan aku bakar, kemudian aku akan hanyutkan ke dalam laut. Kamu dan pengikutmu pasti mendapat azab.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Nabi Musa pergi mendatangi Fir’aun untuk mendakwahinya, akan tetapi sebelum ia berangkat, ia berdoa kepada Tuhannya meminta taufiq dan meminta kepada-Nya bantuan,
قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي
"Berkata Musa: 'Ya Rabb-ku, lapangkanlah untukku dadaku," – (QS.20:25)
وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي
"dan mudahkanlah untukku urusanku," – (QS.20:26)
وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي
"dan lepaskanlah kekakuan lidahku(, agar lancar berbicara)," – (QS.20:27)
"supaya mereka (umatku) mengerti perkataanku," – (QS.20:28)
يَفْقَهُوا قَوْلِي
"supaya mereka (umatku) mengerti perkataanku," – (QS.20:28)
وَاجْعَلْ لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي
"dan jadikanlah aku seorang pembantu dari keluargaku," – (QS.20:29)
هَارُونَ أَخِي
"(yaitu) Harun saudaraku," – (QS.20:30)
اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي
"teguhkanlah dengan dia kekuatanku," – (QS.20:31)
وَأَشْرِكْهُ فِي أَمْرِي
"dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku," – (QS.20:32)
كَيْ نُسَبِّحَكَ كَثِيرًا
"supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau'," – (QS.20:33)
وَنَذْكُرَكَ كَثِيرًا
"dan banyak mengingat Engkau." – (QS.20:34)
إِنَّكَ كُنْتَ بِنَا بَصِيرًا
"Sesungguhnya Engkau adalah Maha Melihat (keadaan) kami'." – (QS.20:35)
قَالَ سَنَشُدُّ عَضُدَكَ بِأَخِيكَ وَنَجْعَلُ لَكُمَا سُلْطَانًا فَلا يَصِلُونَ إِلَيْكُمَا بِآيَاتِنَا أَنْتُمَا وَمَنِ اتَّبَعَكُمَا الْغَالِبُونَ
Maka Allah mengabulkan permohonannya, lalu Musa ingat bahwa ia pernah membunuh orang Mesir, ia takut kalau nanti mereka membunuhnya, maka Allah menenangkannya, bahwa mereka tidak akan dapat menyakitinya sehingga Musa pun tenang (lihat Al Qashash: 35).
Musa pun melanjutkan perjalanannya ke Mesir dan memberitahukan kepada Harun apa yang terjadi antara dirinya dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Harun ikut serta menyampaikan risalah kepada Fir’aun dan kaumnya dan membantunya mengeluarkan Bani Israil dari Mesir, maka Harun pun bergembira atas berita itu, ia pun ikut berdakwah bersama Musa.
Fir’aun adalah seorang yang kejam dan berlaku zalim terhadap Bani Israil, sehingga Nabi Musa dan Nabi Harun berdoa kepada Allah agar menyelamatkan keduanya dari tindakan aniaya dari Fir’aun, lalu Allah Ta’ala berfirman meneguhkan hati keduanya,
قَالَ لا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى
فَأْتِيَاهُ فَقُولا إِنَّا رَسُولا رَبِّكَ فَأَرْسِلْ مَعَنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلا تُعَذِّبْهُمْ قَدْ جِئْنَاكَ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكَ وَالسَّلامُ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى
إِنَّا قَدْ أُوحِيَ إِلَيْنَا أَنَّ الْعَذَابَ عَلَى مَنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى
“Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat”.–Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dan Katakanlah, “Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan Kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk.–Sesungguhnya telah diwahyukan kepada Kami bahwa siksa itu (ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling.” (QS. Thaahaa: 46-48)
Maka ketika Musa dan harun berangkat, mulailah keduanya mengajak mereka kepada Allah dan berusaha membawa Bani Israil dari penindasan Fir’aun, akan tetapi Fir’aun mengejek keduanya dan mengolok-olok apa yang mereka berdua bawa serta mengingatkan Musa, bahwa dirinyalah yang mengurus Musa di istananya dan terus membesarkannya hingga ketika dewasa Musa membunuh orang Mesir dan pergi melarikan diri. Maka Nabi Musa‘alaihissalam berkata, “Aku telah melakukannya, sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf.–Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara rasul-rasul.—Budi baik yang kamu limpahkan kepadaku itu adalah (disebabkan) kamu telah memperbudak Bani Israil.
قَالَ فَعَلْتُهَا إِذًا وَأَنَا مِنَ الضَّالِّينَ
فَفَرَرْتُ مِنْكُمْ لَمَّا خِفْتُكُمْ فَوَهَبَ لِي رَبِّي حُكْمًا وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُرْسَلِينَ
وَتِلْكَ نِعْمَةٌ تَمُنُّهَا عَلَيَّ أَنْ عَبَّدْتَ بَنِي إِسْرَائِيلَ
"Berkata Musa: 'Aku (memang) telah melakukannya, sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf."
"Lalu aku (Musa) lari meningggalkan kamu (kaum Fir'aun), ketika aku takut kepadamu, kemudian Rabb-ku memberikan kepadaku ilmu, serta Dia menjadikanku salah seorang di antara rasul-rasul."
"Budi yang kamu limpahkan kepadaku itu(, yaitu merawatku sewaktu kecil), adalah (balasan disebabkan karena) kamu telah memperbudak (kaum) Bani Israil'." – (QS.Asy Syu’araa: 20-23)
قَالَ فِرْعَوْنُ وَمَا رَبُّ الْعَالَمِينَ
"Fir'aun bertanya: 'Siapa Rabb semesta alam itu?'." – (QS.26:23)
قَالَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ
"Musa menjawab: 'Rabb Pencipta langit dan bumi, dan apa saja yang di antara keduanya. (Itulah Rabb-mu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya'." – (QS.26:24)
قَالَ لِمَنْ حَوْلَهُ أَلا تَسْتَمِعُونَ
قَالَ رَبُّكُمْ وَرَبُّ آبَائِكُمُ الأوَّلِينَ
"Musa berkata (pula): 'Rabb-kamu dan Rabb nenek-nenek moyang kamu yang dahulu'." – (QS.26:26)
قَالَ إِنَّ رَسُولَكُمُ الَّذِي أُرْسِلَ إِلَيْكُمْ لَمَجْنُونٌ
"Fir'aun berkata: 'Sesungguhnya Rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian (kaum Fir'aun), benar-benar orang gila'." – (QS.26:27)
قَالَ رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ
قَالَ لَئِنِ اتَّخَذْتَ إِلَهًا غَيْرِي لأجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ
"Fir'aun berkata: 'Sungguh, jika kamu menyembah Ilah selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu, salah seorang yang di penjarakan'." – (QS.26:29)
Kemudian Nabi Musa menawarkan kepadanya bukti yang membenarkan kerasulannya. Maka Fir’aun meminta ditunjukkan buktinya jika Musa memang benar. Nabi Musa pun melempar tongkatnya dan berubahlah tongkat itu menjadi ular yang besar sehingga orang-orang terkejut dan takut terhadap ular itu. Kemudian Musa menjulurkan tangannya ke ular itu, maka ular itu kembali seperti biasa menjadi tongkat. Kemudian Musa memasukkan tangannya ke leher bajunya, lalu ia keluarkan, tiba-tiba tampak warna putih berkilau.
Perlawanan Nabi Musa ‘Alaihissalam dengan Para Penyihir
Ketika ditunjukkan bukti-bukti itu, Fir’aun malah menuduhnya sebagai penyihir, lalu ia meminta untuk dikumpulkan para penyihirnya dari segenap tempat untuk melawanMusa.
Kemudian para penyihir melempar tali dan tongkat, dan tali tersebut berubah menjadi ular sehingga orang-orang takut, bahkan Nabi Musa dan Harun merasa takut terhadapnya, lalu Alllah memberikan wahyu kepada Musa agar ia tidak takut dan melempar tongkatnya, maka Nabi Musa dan saudaranya (Nabi Harun) tenang karena perintah Allah itu.
فَلَمَّا جَاءَهُمُ الْحَقُّ مِنْ عِنْدِنَا قَالُوا لَوْلا أُوتِيَ مِثْلَ مَا أُوتِيَ مُوسَى أَوَلَمْ يَكْفُرُوا بِمَا أُوتِيَ مُوسَى مِنْ قَبْلُ قَالُوا سِحْرَانِ تَظَاهَرَا وَقَالُوا إِنَّا بِكُلٍّ كَافِرُونَ
"Maka tatkala datang kepada mereka, kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata: 'Mengapakah tidak diberikan kepadanya (Muhammad), seperti yang telah diberikan kepada Musa dahulu'. Dan bukankah mereka itu telah ingkar (juga), kepada apa yang diberikan kepada Musa dahulu; mereka dahulu telah berkata: 'Musa dan Harun adalah dua ahli sihir yang bantu membantu'. Dan mereka (juga) berkata: 'Sesungguhnya kami tidak mempercayai masing-masing mereka itu'." – (QS.28:48)
Nabi Musa pun melempar tongkatnya, maka tongkat itu berubah menjadi ular yang besar yang menelan tali para penyihir dan tongkat mereka. Ketika para penyihir melihat apa yang ditunjukkan Nabi Musa ‘alaihissalam, maka mereka pun mengakui, bahwa itu adalah mukjizat dari Allah dan bukan sihir. Kemudian Allah melapangkan hati mereka untuk beriman kepada Allah dan membenarkan apa yang dibawa Nabi Musa ‘alaihissalam, mereka pun akhirnya hanya bersujud kepada Allah sambil menyatakan keimanan mereka kepada Tuhan Musa dan Harun.
Nabi Harun ‘Alaihissalam menggantikan Nabi Musa ‘Alaihissalam saat Menerima Taurat
Allah mewahyukan kepada Nabi Musa untuk keluar sendiri ke tempat tertentu untuk menerima syariat yang nanti akan dijadikan rujukan oleh Bani Israil, maka Beliau mengangkat Harun sebagai penggantinya; menasihatinya dan mengingatkannya kepada Allah serta memperingatkannya agar tidak menjadi orang-orang yang berusaha mengadakan kerusakan di bumi.
Beliau pun pergi ke gunung yang Beliau pernah mendapat wahyu pertama kali ketika Beliau pulang dari Madyan ke Mesir dan ketikan itulah diturunkan kepada Beliau kitab Taurat.
قَالَ يَا هَارُونُ مَا مَنَعَكَ إِذْ رَأَيْتَهُمْ ضَلُّوا
"(Setelah kembali),) berkata Musa: 'Hai Harun, apa yang menghalangi kamu, ketika kamu melihat mereka telah sesat," – (QS.20:92)
Bani Israil Menyembah Patung Anak Sapi
وَلَقَدْ قَالَ لَهُمْ هَارُونُ مِنْ قَبْلُ يَا قَوْمِ إِنَّمَا فُتِنْتُمْ بِهِ وَإِنَّ رَبَّكُمُ الرَّحْمَنُ فَاتَّبِعُونِي وَأَطِيعُوا أَمْرِي
"Dan sesungguhnya, Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya: 'Hai kaumku, sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan, dengan anak lembu itu, dan sesungguhnya, Rabb-mu ialah (Rabb) Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku'." – (QS.20:90)
قَالُوا لَنْ نَبْرَحَ عَلَيْهِ عَاكِفِينَ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَيْنَا مُوسَى
"Mereka menjawab: 'Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami'." – (QS.20:91)
Ketika Nabi Musa ‘alaihissalam kembali, ia mendapati kaumnya dalam keadaan seperti itu, ia pun kecewa bercampur sedih, lalu ia mendatangi Nabi Harun, memegang kepala dan janggutnya sambil menariknya dan berkata,
قَالَ يَا هَارُونُ مَا مَنَعَكَ إِذْ رَأَيْتَهُمْ ضَلُّوا
"(Setelah kembali),) berkata Musa: 'Hai Harun, apa yang menghalangi kamu, ketika kamu melihat mereka telah sesat," – (QS.20:92)
أَلا تَتَّبِعَنِ أَفَعَصَيْتَ أَمْرِي
Untuk mengikutiku ke gunung Sinai bersama-sama dengan orang yang beriman? Apakah engkau sengaja melanggar perintahku?" (Qur'an surat Thaahaa 93)
قَالَ يَا ابْنَ أُمَّ لا تَأْخُذْ بِلِحْيَتِي وَلا بِرَأْسِي إِنِّي خَشِيتُ أَنْ تَقُولَ فَرَّقْتَ بَيْنَ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَمْ تَرْقُبْ قَوْلِي
Harun menjawab, “Wahai putera ibuku! Janganlah direnggut janggut dan rambut di kepalaku! Aku sungguh takut kau akan berkata : “Kau telah memecah belah Bani Israil, dan tak mengindahkan perkataanku lagi.” (Qur'an surat Thaahaa 94)
Beliau juga memberitahukan Nabi Musa bahwa kaumnya hampir saja membunuhnya, maka Musa pun meninggalkannya dan pergi mendatangi Samiri; orang yang membuat patung tersebut dan bertanya tentang alasannya, lalu Samiri memberitahukan alasannya, kemudian Musa membakar patung itu hingga habis dan membuang ampasnya ke laut.
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنْفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُوا إِلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ عِنْدَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Kemudian Nabi Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku! Sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertobatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima tobatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (Lihat Al Baqarah: 54)
Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla memberitahukan kepada Musa, bahwa Harun telah berlepas diri dari mereka dan ia telah berusaha keras untuk menjauhkan mereka dari menyembah patung anak sapi, maka hati Nabi Musa pun tenang karena ternyata saudaranya tidak ikut serta dalam perbuatan dosa itu, maka Nabi Musa ‘alaihissalam menghadapkan dirinya kepada Allah ‘Azza wa Jalla memintakan ampunan untuk dirinya dan saudaranya,
قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلأخِي وَأَدْخِلْنَا فِي رَحْمَتِكَ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Beliau berkata, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.”(lihat Al A’raaf: 151)
Kemudian Nabi Musa ‘alaihissalam memilih tujuh puluh orang yang terbaik dari kalangan mereka untuk pergi bersamanya ke sebuah tempat yang ditentukan Allah‘Azza wa Jalla. Pada saat mereka telah sampai di tempat tersebut, mereka malah meminta untuk melihat Allah secara nyata, maka Nabi Musa marah kepada mereka dengan keras, dan Allah menurunkan halilintar yang membinasakan mereka hingga ruh-ruh mereka melayang. Lalu Nabi Musa ‘alaihissalam berdoa kepada Allah dan merendahkan diri kepada-Nya meminta agar Dia memberikan rahmat kepada mereka itu. Maka Allah mengabulkan permohonan Nabi Musa ‘alaihissalam dan Dia menghidupkan mereka yang mati karena tersambar halilintar agar mereka bersyukur kepada Allah ‘Azza wa Jalla karena telah menghidupkan mereka setelah matinya (lihat Al Baqarah: 55-56).
Kemudian Nabi Musa as membawa mereka kembali kepada kaumnya dan membacakan kitab Taurat kepada mereka serta menerangkan nasihat dan hukum-hukum yang terkandung di dalamnya. Beliau juga mengambil perjanjian dari mereka untuk mau mengamalkan isinya, mereka pun mau berjanji dengan terpaksa setelah Allah mengangkat gunung di atas mereka. Allah Subhanahu wa Ta’alaberfirman:
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّورَ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاسْمَعُوا قَالُوا سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَأُشْرِبُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْعِجْلَ بِكُفْرِهِمْ قُلْ بِئْسَمَا يَأْمُرُكُمْ بِهِ إِيمَانُكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat bukit (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman), “Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!” Mereka menjawab, “Kami mendengar tetapi tidak mentaati.” Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah, “Sangat jahat perbuatan yang telah diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat).” (QS. Al Baqarah: 93)
Nabi Harun hidup selama 122 tahun. Beliau wafat 11 bulan sebelum kematian Musa, di daerah al Tiih, yaitu sebelum Bani Israil memasuki Palestina. Mengenai Bani Israel, mereka memang degil, banyak permasalahan dan sulit dipimpin, namun dengan kesabaran Musa dan Harun, mereka dapat dipimpin supaya mengikuti syariat Allah, seperti terkandung dalam Taurat ketika itu. Setelah Harun dan Musa meninggal dunia, Bani Israel dipimpin oleh Yusya’ bin Nun. Namun, setelah Yusya’ mati, lama-kelamaan sebagian besar mereka meninggalkan ajaran yang terkandung dalam Taurat. Malah, ada kalangan mereka yang mengubah hukum di dalam kitab tersebut, sehingga menimbulkan perselisihan dan perbedaan pendapat, akhirnya menyebabkan perpecahan Bani Israel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar