24 Jul 2013

Tips Agar Anak Tidak Stres Saat Disuntik

Walaupun suntikan sekarang sudah lebih jarang dilakukan dibanding dahulu, namun untuk beberapa jenis imunisasi masih mengandalkan suntikan. Kebanyakan anak menghadapi rasa takut saat disuntik, selain suntikan sendiri pun bisa menimbulkan trauma. Adakah cara agar suntikan tidak lagi menjadi momok bagi anak? 
Sebetulnya tidak ada cara khusus, selain menciptakan suasana menjelang sebuah suntikan pertama kali agar tidak menimbulkan rasa jera pada anak. Hanya ketika anak masih berusia bayi, yang lebih mudah tanpa menimbulkan reaksi perlawanan saat melakukan kegiatan menyuntik. Mungkin hanya menimbulkan tangisan sesaat sehabis disuntik.
Tidak demikian setelah anak mampu berkomunikasi, dan memberikan respons akibat aksi menyuntik pada dirinya.
Rasa jera yang muncul dari pengalaman pertama kali disuntik,ikut menentukan susah atau tidaknya anak disuntik di kesempatan berikutnya. Rasa jera disuntik bisa terjadi apabila pengalaman pertama kali disuntik sangat kurang menyenangkan.
Pasang Musik – Peneliti di Kanada mengungkapkan bahwa musik ternyata bisa mengurangi stres pada anak saat disuntik dengan jarum infus. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal medis JAMA Pediatrics ini memperkuat studi sebelumnya bahwa musik secara signifikan mengurangi rasa sakit dan cemas selama prosedur medis.

Dalam studi terbaru tersebut, para ilmuwan melakukan penelitian di Rumah Sakit Anak Stollery, Edmonton, antara Januari 2009- Maret 2010. Mereka meneliti secara acak 42 anak-anak yang mendengarkan musik yang diputar keras di dalam ruangan maupun yang tidak mendengarkan musik sama sekali selama menjalani proses suntik. Untuk diketahui setiap anak mendengarkan musik yang sama.


Anak-anak tersebut juga mendapat perawatan umum untuk mengurangi rasa sakit saat disuntik, termasuk penghilang rasa sakit pada kulit, serta kata-kata menghibur dan mendukung dari staf medis.
Para pengulas kemudian menonton rekaman video dari setiap prosedur suntik jarum infus untuk mengukur tingkat stres anak sebelum dan sesudah prosedur dengan skala 0-23,5 – skor tinggi mewakili stres yang tinggi. Sebagai catatan, para pengulas tidak mengetahui anak mana yang mendengarkan musik dan yang tidak.
ada juga beberapa tips agar anak tida trauma dengan Suntikan :
  • Jangan membuat suntikan jadi ancaman dan menjadikan dokter sebagai figur yang menakutkan. Misalnya dengan mengatakan, “Ayo, nanti kalau nakal, Mama bawa ke dokter biar disuntik!”
  • Siapkan anak akan apa yang dihadapi nanti di tempat dokter. Bisa lewat cara bermain dokter-dokteran atau lewat buku cerita.
  • Tidak membohongi anak. Misalnya “Nggak diapa-apain, kok, nanti cuma diperiksa aja” atau mengatakan pada anak bahwa dia akan diajak ke mal padahal dibawa ke dokter.
  • Bawa satu mainan favorit untuk menenangkan dia selama menunggu giliran masuk ke ruangan dokter.
  • Cari dokter yang telaten. Salah satu ciri dokter yang bisa membuat anak merasa nyaman adalah langsung berkomunikasi dengan anak: tersenyum, menyapa dan mengajak bicara. 
Selain itu, seluruh anak-anak berusia 3-11 tahun ditanya mengenai besarnya rasa sakit yang mereka alami saat menjalani prosedur suntik jarum infus. Secara keseluruhan, peneliti tidak menemukan perbedaan tingkat stres antara kelompok anak-anak yang mendengarkan musik dan tidak, sebelum dan sesudah prosedur.
Namun setelah mengerucutkan 10 anak-anak yang tidak mengalami stres sama sekali selama prosedur suntik jarum infus, peneliti menemukan bahwa tingkat stres pada anak-anak yang mendengarkan musik lebih rendah ketimbang mereka yang tidak mendengarkan musik selama prosedur tersebut.
Peneliti menemukan bahwa tingkat stres anak-anak yang tidak mendengarkan musik meningkat 2,2 poin dibandingkan peningkatan sebesar 1,1 poin pada anak-anak yang mendengarkan musik.
Lebih lanjut, anak-anak yang tidak mendengarkan musik mengatakan bahwa rasa sakit mereka meningkat dua poin dari skala 0-10 – angka tinggi menunjukkan rasa sakit yang lebih. Sebaliknya, anak-anak yang mendengarkan musik tidak merasakan peningkatan rasa sakit.
“Berdasarkan penelitian yang saya lihat, tinjauan literatur yang telah kami lakukan dan penelitian kami, musik memiliki potensi untuk memberikan manfaat -terburuknya- tidak akan membahayakan,” ujar Hartling.
Kesan buruk saat pertama kali disuntik, seperti dibebat kedua lengan dan tungkainya, dirangkul ketat, dan ada sikap pemaksaan terhadap diri anak, biasanya akan menyisakan trauma saat pertama kali anak disuntik. Ini yang tidak boleh sampai terjadi.
Sama halnya ketika hendak mengajak anak berobat ke dokter gigi. Pendidikan lapangan memperkenalkan anak TK mengunjungi ruang praktik dokter gigi, ruang praktik dan ruang bedah rumah sakit, merupakan bagian dari upaya mengendurkan rasa takut anak, dan mencegah munculnya trauma sekiranya anak harus masuk dalam suasana berobat di lokasi itu entah kapan. Demikian seharusnya dipersiapkan apabila anak tiba-tiba harus diperhadapkan dengan suasana ruang dokter, dengan alat medis dan jarum suntik.
Sikap ramah penyuntik, suasana ruangan suntik yang tidak menyeramkan, dan sikap membujuk orangtua yang penuh kasih, biasanya bisa mengendurkan rasa takut anak saat hendak disuntik.
Membujuk anak bahwa pemberian suntikan akan menambah kuat badan anak, membuatnya sesehat anak lain, menjadi sesehat tokoh yang diidolakannya, superman, misalnya, maka anak akan menjadi lebih mudah menerima suntikan.
Tentu kesan sehabis suntikan dipengaruhi oleh teknik menyuntik juga. Maka pilihan jenis dan ukuran jarum suntik, serta teknik menyuntik, membuat rasa nyeri tusukan jarum berkurang. Hal itu bisa disiasati dengan membubuhi cairan pematirasa pada kulit yang akan disuntik sebelum jarum ditusukkan. Mencubit lebih tebal pada bagian kulit yang akan disuntik, juga bisa mengurangi rasa nyeri tusuk jarum suntik.
Pengalaman pertama kali tidak nyeri saat disuntik, akan menumbuhkan keberanian anak disuntik pada di kemudian hari. Maka betapa penting menciptakan kesan pertama disuntik yang menyenangkan, dan tidak membuat anak trauma.

Hal lain, apabila anak memang belum terkondisikan berada di ruang praktik dokter, atau di suasana ruang suntik yang baginya menyeramkan, lakukan kegiatan menyuntik di lokasi yang lebih bersahabat. Tidak perlu di ruang yang harus steril untuk melakukan kegiatan menyuntik, karena menyuntik boleh di mana saja, asal prosedur menyuntiknya benar.
Bagi anak yang tidak terbiasa bertemu dengan dokter atau tenaga paramedis, apalagi yang pernah ada riwayat trauma berhadapan dengan tenaga medis, upayakan agar anak tidak diperlihatkan peralatan medis sebelum menyuntiknya. Melihat peralatan medis, termasuk jarum suntik, sudah menimbulkan reaksi penolakan anak. Maka saat menyuntik, upayakan agar jarum suntik jangan diperlihatkan di depan mata anak.
Semakin kecil ukuran jarum suntik, semakin berpengalaman siapa yang menyuntiknya, semakin minimal rasa nyeri tusuk yang ditimbulkan saat anak disuntik. Maka perlu mempertimbangkan hal-hal demikian ketika hendak memberikan kesan pertama suntikan agar menyenangkan bagi anak. Rasa nyeri berlebihan, atau suntikan yang menimbulkan titik darah di tempat suntikan, bisa memberikan trauma, dan rasa jera disuntik pada anak.
Anak menangis sehabis disuntik bisa saja terjadi, dan itu lumrah adanya. Lebih repot jika anak yang mulai menangis memberikan reaksi penolakan yang hebat saat hendak disuntik.
Jadi sekali lagi, mengkondisikan anak akrab dengan dokter, dengan suasana praktik dokter dan dokter gigi, serta suasana rumah sakit sedini mungkin, akan sangat membantu. Hanya anak-anak yang sudah terbiasa akrab dengan suasana berobat, termasuk suasana disuntik, tidak akan bermasalah pada jenis pengobatan apapun yang akan dijalaninya. Bahkan dalam hal mengonsumsi obat, terapi gigi, sampai saat hendak dicabut gigi sekalipun, anak akan tetap tegar.
“Saya berharap dengan semakin banyaknya penelitian seperti ini dipublikasikan maka hal tersebut akan menjadi lebih mainstream,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar