Surat ini diturunkan sebagai jawaban terhadap tuduhan bahwa keturunan Rasulallah S.a.w terputus. Jadi, yang dimaksud kalimat “Nikmat yang banyak” dalam ayat itu adalah Rasulallah S.a.w memiliki keturunan yang banyak dan baik, melalui pernikahan antara Siti Fathimah Az-Zahra’ dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib K.w. Kebanyakan dari keturunan Siti Fathimah ini menjadi para Imam yang memberi petunjuk masalah-masalah yang berkaitan dengan ketaatan kepada Allah S.w.t dan keridhaan-Nya.
Adapun yang dimaksud kalimat “Orang yang membencimu dialah yang terputus” dalam ayat itu adalah orang yang beranggapan bahwa Rasulallah S.a.w tidak memiliki keturunan!. Tafsir seperti ini dapat anda baca diantaranya dalam kitab-kitab berikut:
Tafsir Fathul Qadir, oleh Asy-Syaukani, jilid 30, halaman 504 ; Tafsir Gharaibul Qur’an (catatan pinggir) Majma’ul Bayan, jilid 30, halaman 175 ; Tafsir Majma’ul Bayan, oleh Ath-Thabrasi, jilid 30, halaman 206, cet. Darul Fikr, Beirut ; Nurul Abshar, oleh Asy-Syablanji, halaman 52, cet. Darul Fikr, tahun 1979 Miladiyah ; Al-Manaqib, oleh Syahraasyub, jilid 3, halaman 127.
Surat Al-Kautsar ini diturunkan di Makkah dan merupakan surat ke-14 dalam turunnya wahyu serta surat ke-108 dalam urutan mushaf. ‘Al-Kautsar’ menurut arti kata berasal dari akar kata yang sama dengan ‘Katsir’ yang berarti ’Banyak’. Jadi Al-Kautsar berarti sesuatu nikmat yang banyak. Namun demikian, ulama berbeda pendapat dalam mengartikan “Al-Kautsar” pada surat ini:
Pendapat pertama: Sebagian berpegang pada hadits Nabi S.a.w dari Anas bin Malik (HR Muslim dan Ahmad) yang menceritakan ‘Al-Kautsar’ sebagai sebuah nama telaga yang ada di surga yang dianugerahkan oleh Allah kepada Nabi S.a.w. Pendapat tentang Al-Kautsar ini ditolak oleh Muhammad Abduh, yakni dianggap bukan sebagai penjelasan terhadap surat Al-Kautsar.
Pendapat kedua: Sebagian lagi berpegang sejarah pada hadits lainnya mengenai ejekan ‘Abtar’yang berarti ‘terputus keturunan’. Sehingga Al-Kautsar berarti Allah menganugerahkan keturunan yang banyak kepada Rasulallah S.a.w. Pendapat kedua ini merupakan pendapat yang paling banyak dipercaya oleh para ulama ahli tafsir, antara lain, Imam Suyuthi dalam bukunya Asbab Annuzul serta Addur Al-Mantsur serta ulama pakar tafsir lainnya seperti Al-Alusy, Al-Qasimy, Al-Jamal, Abu Hayyan, Muhammad Abduh, Thabathabai, dan lain lain.
Pendapat ketiga: Sebagian lagi menganggap bahwa Al-Kautsar berarti keduanya yaitu nikmat Allah yang banyak yang diberikan kepada Nabi Muhammad S.a.w, salah satunya berupaketurunan yang banyak serta telaga di surga serta nikmat-nikmat lainnya.
Sejarah meriwayatkan juga waktu putra Beliau S.a.w yang terakhir wafat dan belum sempat memiliki keturunan, sedangkan saat itu Nabi S.a.w serta Khadijah R.a dalam usia yang telah cukup tua. Waktu Sayyidatuna Khadijah sedang hamil, semua orang menunggu apakah Khadijah akan memberikan seorang anak lelaki atau perempuan. Ketika ternyata Khadijah melahirkan seorang puteri (yang kemudian diberi nama Fatimah Az-Zahra) maka orang-orang Quraisy bersorak dan mengatakan bahwa Muhammad “Abtar”. Kata-kata Abtar ini adalahejekan yang diberikan kepada orang yang terputus keturunannya.
Pendapat terbanyak dari ahli tafsir mengenai sebab-sebab turunnya surat Al-Kautsar ialah bahwa Allah S.w.t memberikan nikmat kepada Nabi S.a.w berupa keturunan yang sangat banyak, sehingga jika riwayat dari berbagai pakar tafsir ini disepakati, maka itu berarti Al-Qur’an telah menggaris bawahi sejak dini tentang akan berlanjutnya keturunan Nabi Muhammad S.a.w, dan bakal banyak dan tersebarnya mereka itu.
Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad S.a.w berupa surat Al-Kautsar ini menunjukkan bahwa Allah S.w.t sesungguhnya telah memberikan nikmat yang banyak dengan kelahiran sayyidah Fathimah R.a. tersebut. Bahwa Rasulallah S.a.w tidaklah “Abtar” bahkan dari rahim Siti Fathimah R.a akan lahir keturunan yang banyak. Selanjutnya dalam ayat tersebut Rasulallah S.a.w diperintahkan untuk bershalat dan berqurban (aqiqah sebagai wujud rasa syukurnya). Dan pada ayat yang ketiga disebutkan bahwa musuh-musuh Rasulallah yang mengejek itulah yang kemudian 'diejek' oleh Al-Qur’an sebagai “Abtar” (terputus).
Surat ini dimulai dengan kata “Inna" (sesungguhnya) yang menunjukkan bahwa berita yang akan diungkapkan selanjutnya adalah sebuah berita yang besar yang boleh jadi lawan bicara atau pendengarnya meragukan kebenarannya. Pendapat lainnya bahwa penggunaan kata“kepadamu” pada ayat ketiga menunjukkan bahwa anugerah Allah tersebut (berupa keturunan yang banyak) tidak terkait dengan kenabian melainkan merupakan pemberian Allah kepada pribadi Nabi Muhammad S.a.w. yang dikasihi-Nya.
Terdapat beberapa dalil yang mendukung bahwa dzurriyah (keturunan) Rasulallah S.a.w memang dilanjutkan melalui rahim Sayyidatuna Fatimah R.a dan bukan melalui anak lelakinya, diantaranya dalam surat Al-An’am 84-85 bahwa Al-Qur’an menganggap Nabi Isa A.s. sebagai dzurriyah Ibrahim meski pun Beliau A.s lahir dari Maryam (seorang perempuan keturunan Ibrahim A.s). Juga banyak hadits yang mengutarakan bahwa Rasulallah S.a.w memanggil Al-Hasan dan Al-Husain sebagai “anakku”.
Sejarah juga membuktikan bahwa dari rahim Siti Fathimah, Rasulallah S.a.w memperoleh dua orang cucu (putera) yang sangat dicintai Beliau S.a.w yaitu Sayyidina Hasan dan Al-Husain R.a. Kemudian setelah peristiwa Karbala maka satu-satunya anak lelaki yang tersisa dari keturunan Al-Husain yaitu Ali Awsath yang bergelar “Zainal Abidin” atau “As-Sajjad” (ahli sujud) kemudian beliau ini meneruskan keturunan Nabi S.a.w dari Imam Husain. Demikian juga keturunan dari Imam Hasan.
Surat 108: Al-Kautsar
(Nikmat yang banyak)
(Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Penyayang)
No.
|
Teks terjemahan
|
Teks Qur'an dan latinnya
|
"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu, nikmat yang banyak." – (QS.108:1)
|
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
|
|
Innaa a'thainaakal kautsar(a)
|
||
"Maka dirikanlah shalat, karena Rabb-mu; dan berkorbanlah." – (QS.108:2)
|
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
|
|
Fashalli lirabbika waanhar
|
||
"Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, dialah yang terputus." – (QS.108:3)
|
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأبْتَرُ
|
|
Inna syaani-aka huwal abtar(u)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar