Kata ‘Ashr’ di ayat bisa juga diartikan waktu ‘Ashr atau shalat Ashar. Allah Subhaanahu wa Ta'aala bersumpah dengan masa yang mencakup malam dan siang; yang merupakan tempat terjadinya perbuatan hamba dan amal mereka, bahwa setiap manusia akan rugi, yakni tidak beruntung sebagaimana diterangkan dalam ayat selanjutnya. Kerugian ada beberapa macam; ada kerugian yang mutlak dan ada kerugian yang hanya sebagiannya saja. Kerugian yang mutlak adalah kerugian di dunia dan akhirat; di dunia mendapatkan kesengsaraan, kebingungan dan tidak mendapatkan petunjuk,
sedangkan di akhirat mendapatkan neraka jahannam. Allah Subhaanahu wa Ta'aala meratakan kerugian kepada semua manusia kecuali orang yang memiliki empat sifat; iman, amal saleh, saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.
Dalam ajaran Islam, kita diberitahu oleh Allah dan rasul-Nya tentang betapa pentingnya (makna) waktu. Bahkan banyak surat-surat dalam al-Quran yang diawali oleh peringatan tentang waktu. Antara lain QS al-’Ashr (QS 103). Ini menunjukan bahwa waktu itu sangat penting.
Jika orang Barat mengatakan time is money, kita – umat Islam — juga memiliki adagium yang tidak kalah berbobot yaitu “waktu adalah ibadah”. Jika kita kehilangan waktu, bukan hanya sekadar ’uang’ yang hilang, tetapi juga kesempatan untuk beribadah tidak akan pernah kembali lagi.
Waktu terus berjalan, tidak akan pernah berhenti. Semoga kajian tafsir QS al-’Ashr ini bisa mengingatkan kita semua tentang pentingnya waktu, sehingga kita tidak menyia-nyiakannya lagi.
Yaitu beriman kepada apa yang diperintahkan Allah untuk diimani, dan iman tidak dapat terwujud kecuali dengan ilmu (belajar), sehingga ia merupakan bagian yang menyempurnakannya. Dalam ayat ini terdapat dalil untuk mendahulukan ilmu sebelum beramal.
Amal saleh mencakup semua perbuatan yang baik yang tampak maupun yang tersembunyi; yang terkait dengan hak Allah maupun hak manusia, yang wajib maupun yang sunat.
Yaitu iman dan amal saleh, yakni saling menasihati untuk melakukan hal itu dan mendorongnya.
Yakni bersabar untuk tetap menaati Allah, bersabar untuk tetap menjauhi larangan Allah dan bersabar terhadap taqdir Allah yang pedih. Kedua hal yang sebelumnya, yaitu iman dan amal saleh dapat menyempurnakan diri seseorang, sedangkan kedua hal yang setelahnya dapat menyempurnakan orang lain. Dengan keempat perkara itulah seseorang akan selamat dari kerugian dan memperoleh keberuntungan.
Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab dalam Al Ushul Ats Tsalaatsah berdalih dengan surah ini untuk menerangkan kewajiban seorang muslim, yaitu ilmu, amal, dakwah dan sabar
Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab dalam Al Ushul Ats Tsalaatsah berdalih dengan surah ini untuk menerangkan kewajiban seorang muslim, yaitu ilmu, amal, dakwah dan sabar
Surat 103: Al-'Ashr
(Masa)
(Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Penyayang)
No.
|
Teks terjemahan
|
Teks Qur'an dan latinnya
|
"Demi masa." – (QS.103:1)
|
وَالْعَصْرِ
|
|
Wal 'ashr(i)
|
||
"Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian," – (QS.103:2)
|
إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
|
|
Innaal-insaana lafii khusrin
|
||
"kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, dan nasehat menasehati, supaya mentaati kebenaran, dan nasehat menasehati, supaya menetapi kesabaran." – (QS.103:3)
|
إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
|
|
Ilaal-ladziina aamanuu wa'amiluush-shaalihaati watawaashau bil haqqi watawaashau bish-shabr(i)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar