Balikpapan adalah sebuah kota di Kalimantan Timur. Berdirinya kota itu berkat letaknya pada teluk yang sangat indah dan berkat adanya minyak. Di kota inilah terdapat pabrik-pabrik penyulingan minyak kepunyaan B.P.M. (Bataafsche Petroleum Maatschappij). Perusahaan ini yang mempunyai banyak karyawan dan kuli menarik dengan sendirinya banyak pedagang dan dengan demikian tempat ini menjadi salah satu tempat yang terpenting bahkan tempat yang terpenting di Kalimantan Selatan. Tetapi kota ini tidak mempunyai daerah pedalaman. Ini berarti bahwa lebih ke dalam tidak ada kampung-kampung atau desa-desa. Nama Balikpapan kurang jelas kapan berasal dan apa makna nama itu. Menilik susunan katanya dapat dimasukkan ke dalam asal kata bahasa Melayu.
Menurut buku karya F. Valenijn pada tahun 1724, menyebut suatu daerah di hulu sebuah sungai di sebuah Teluk sekitar tiga mil dari pantai, desa itu bernama BILIPAPAN. Lepas dari persoalan ucapan maupun pendengaran, jelas bahwa nama tersebut dikaitkan dengan sebuah komunitas pedesaan di teluk yang sekarang dikenal dengan nama Teluk Balikpapan.
Sebelum dikenal sebagai Kota Minyak, Balikpapan adalah sebuah perkampungan nelayan. Kata Balikpapan secara harafiah berasal dari kata balik dan papan. Balik berarti terbalik atau datang kembali dan papan yang berarti lembaran kayu. Nama Balikpapan diambil dari beberapa cerita rakyat, salah satunya bercerita tentang seorang raja setempat yang membuang anak perempuannya yang baru lahir ke laut. Hal tersebut dilakukannya untuk melindungi sang putri dari lawan-lawannya. Putri tersebut kemudian diikat ke beberapa papan dalam posisi berbaring. Karena ombak yang besar, papan tersebut terbalik dan diketemukan oleh seorang nelayan. Oleh karena itu, tempat di mana putri tersebut diketemukan disebut Balikpapan.
Cerita rakyat lain menceritakan tentang permintaan Sultan Kutai akan seribu papan sebagai sumbangan untuk membangun Istana Kesultanan Kutai yang baru. Dari seribu papan yang dikirim melalui jalur perairan, sepuluh papan kembali lagi ke kota ini. Sepuluh papan yang kembali disebut oleh orang Kutai sebagai “Balikpapan Tu” atau papan yang datang kembali.
Pada tahun 1897, sebuah perusahaan kilang minyak memulai pengeboran perdananya di kota ini. Sejak saat itu sumber-sumber minyak baru diketemukan di sekitar kota ini. Oleh karena itu kota ini dikenal sebagai Kota Minyak atau Banua Patra. Pembangunan jalan, pelabuhan, gudang, kantor, dan kompleks perumahan dimulai ketika sebuah perusahaan minyak Belanda tiba di tempat ini.
Selama Perang Dunia II, Balikpapan dikuasi oleh tentara Jepang. Pasukan Sekutu akhirnya membombardir Balikpapan untuk mengalahkan Jepang pada 24 Januari 1942. Hal ini mengakibatkan kerusakan kilang minyak dan fasilitas lainnya di Balikpapan. Kerusakan yang sangat besar pada masa perang dan hampir menghilangkan seluruh fasilitas produksi minyak akhirnya diperbaiki oleh Perusahaan Royal Shell Belanda. Shell terus beroperasi di tempat tersebut hingga perusahaan milik pemerintah Indonesia, Pertamina, mengambil alihnya pada tahun 1965.
Menjadi satu-satunya kilang minyak di kalimantan, Balikpapan berkembang sebagai pusat revitalisasi produksi minyak bumi. Pertamina membuka kantor cabang di tempat ini, diikuti oleh perusahaan-perusahaan minyak internasional, yang mengundang ratusan pekerja dari banyak tempat di Indonesia dan luar negeri.
Hari Lahir Balikpapan kemudian ditentukan pada tanggal 10 Februari 1897. Hari tersebut adalah hari pertama pengeboran minyak yang dilakukan oleh Mathilda Corporation sebagai realisasi kerjasama antara JH Menten dan Mr Adams dari Samuel & Co Firm.
Pada kurun waktu yang bersamaan keagamaan atnis yang datang diikuti pula dengan berbagai adat istiadat dan agama. Adat istiadat dari berbagai ertnis sangat terbina dengan baik, demikian pula penganut agama yang dipeluknya. Hal ini didukung oleh adanya faktor akulturasi budaya, sehingga hubungan masyarakat terjalin harmonis secara turun temurun. Yang menjadi khas Kota Balikpapan adalah tidak terdapat dominasi salah satu suku, baik dari suku asli Kalimantan maupun suku pendatang, sehingga perekat bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia.
Sebagai wujud implementasi dalam rangka memelihara, menjaga dan meningkatkan integritas, kondusif Kota Balikpapan, sesuai motto Balikpapan Kubangun, Kujaga dan Kubela.
Balikpapan sebagai kota yang strategis dan kondusif, sangat didukung oleh masyaraat, terutama dalam keramahan dan kebersamaaan warga kota dalam keragaman suku / etnis, budaya, nilai kekerabatan antar suku sangat kental, sebagai modal utama mengantarkan Balikpapan sebagai masyarakat yang madani, yang memiliki masyarakat majemuk yang hidup rukun, harmonis, berperadaban modern, maju serta mamiliki nilai-nilai moralitas spiritual, agama dan kepercayaan masing-masing.
Nilai guyub / kebersamaan yang tinggi mampu mengikat rasa persaudaraan antar suku, menjadikan pondasi terbangunnya kondisi terus terjaga, menjadikan Kota Balikpapan sebagai Kota Bersih, Indah, Aman dan Nyaman.
Budaya bersih dan wawasan lingkungan, juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan pada umumnya telah menjadi ciri masyarakat Balikpapan, terakomodir secara profesional dalam program Pemerintah Kota Balikpapan, yakni : CLEAN, GREEN and HEALTHY (Bersih, Hijau dan Sehat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar