29 Mar 2016

Kisah Nabi Ya'qub AS



Nabi Ya'qub as (sekitar 1837-1690 SM) merupakan cucu dari Nabi Ibrahim 'alaihis salam, salah seorang nabi yang ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Syam. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 1750 SM, Dari beberapa orang istrinya Ya'qub memiliki dua belas putra dan dua orang putri. Kedua belas putranya yakni Rubin, Syam'un, Lawway, Yahuda, Zabulaon, Yasakir, Dann, Gad, Asyar, Naftali, Yusuf, dan Bunyamin. Sedangkan kedua putrinya adalah Dinah dan Yathirah kembaran Benyamin.


Kelahiran Nabi Ya'qub 'alaihis salam

Kelahiran Ya’qub telah disampaikan oleh para tamu Nabi Ibrahim 'alaihis salam yang terdiri dari beberapa malaikat dari istrinya Sarah.
Nabi Ya’qub ‘alaihis salam adalah salah seorang di antara para nabi. Beliau adalah putera Ishaq bin Ibrahim alahis salam. Kelahiran Ya’qub telah disampaikan oleh para tamu Nabi Ibrahim yang terdiri dari beberapa malaikat dari istrinya Sarah. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,

وَامْرَأَتُهُ قَائِمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ 


 “Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya’qub. “ (Terj. Huud: 71)

Kisah Ya'qub dengan saudaranya

Nabi Ya'qub adalah putera dari Nabi Ishaq bin Ibrahim, sedang ibunya adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim, bernama Rifqah binti A'zar. Ishaq mempunyai anak kembar, satu Ya'qub dan satu lagi bernama Ishu. Antara kedua saudara kembar ini tidak terdapat suasana rukun dan damai serta tidak ada menaruh kasih-sayang satu terhadap yang lain bahkan Ishu mendendam dengki dan iri hati terhadap Ya'qub saudara kembarnya yang memang dimanjakan dan lebih disayangi serta dicintai oleh ibunya. Hubungan mereka yang renggang dan tidak akrab itu makin buruk dan tegang setelah diketahui oleh Ishu bahwa Ya'qublah yang diajukan oleh ibunya ketika ayahnya minta kedatangan anak-anaknya untuk diberkahi dan didoakan, sedangkan dia tidak diberitahu dan karenanya tidak mendapat kesempatan seperti Ya'qub memperoleh berkah dan doa ayahnya, Nabi Ishaq.

Melihat sikap saudaranya yang bersikap kaku dan dingin dan mendengar kata-kata sindirannya yang timbul dari rasa dengki dan iri hati, bahkan ia selalu diancam. Maka, datanglah Yakub kepada ayahnya mengadukan sikap permusuhan itu. Melihat keadaan kedua anaknya tersebut nabi Ishaq memberi petunjuk kepada ya'qub agar pergi berhijrah ke Fadan A'raam di daerah Iraq, yakni bapak saudaranya yaitu saudara ibunya, Laban bin Batu'il. Ishaq mengatakan bahwa Ya'qub dapat mengharap dinikahkan kepada salah seorang puterinya. Dengan mengikuti pesan ayahnya tersebut maka Ya'qub berharap akan dapat bertemu dengan bapak saudaranya dan anggota-anggota keluarganya dari pihak ibunya. Segera Ya'qub mengikuti saran dari ayahnya tersebut.

Maka Ya’qub pun mendatangi ayahnya, untuk mengadukan sikap permusuhan dari saudara kembarnya tersebut :
”wahai ayahku! Tolonglah beri nasihat kepadaku, bagaimana aku harus menghadapi saudaraku Ishu yang membenciku mendendam dengki kepadaku dan selalu menyindirku dengan kata-kata yang menyakitkan hatiku, sehinga menjadikan hubungan persudaraaan kami berdua renggang dan tegang tidak ada rasa saling mencintai dan menyayangi. Dia marah karena ayah memberkasih dan mendaoakan agar aku memperoleh keturunan yang soleh, rezeki yang mudah dan kehidupan yang makmur serta kemewahan. Dia menyombongkan diri dengan kedua orang isternya daari suku Kan’aan dan mengancam bahwa anak-anaknya dari kedua isteri itu akan menjadi sangan berat bagi anak-anaku kelas dalam pencarian dan penghidupan dan macam-macam ancaman lain yang mencemaskan dan menyesakkan hatiku. Tolonglah ayah berikan aku jalan keluar bagaimana aku dapat mengatasi masalah ini serta mengatasinya dengan cara kekeluargaan”

Berkata si ayah, Nabi Ishaq as yang memang sudah merasa kesal melihat hubungan kedua puteranya yang makin hari makin meruncing :
”Wahai anakku, karena usaku yang sudah lanjut aku tida dapat menengahi kamu berdua, ubanku sudah menutupi seluruh kepalaku, badanku sudah membungkuk, raut mukaku sudah kusut berkerut, dan aku sudah diambang pintu perpisahan dari kamu dan meninggalkan dunia yang fana ini. Aku khawatir bila aku sudah menutup usia, gangguan saudaramu Ishu kepadamu akan makin meningkat dan ia secara terbuka akan memusuhimu, berusaha mencari cela mu dan kebinasaanmu. Dalam usahanya memusuhimu akan mendapat dukungan dan pertolongan dan saudara-saudara iparnya yang berpengaruh dan berwibawa di negeri ini. Maka jalan yang terbaik bagimu, menuru fikiranku engkau harus pergi meninggaklan negeri ini dan berhijrah ke ke Fadan A’raam di daerah Irak, tempat tinggal sudara ayah dan ibumu Lapan bin Batu’il. Engkau dapat meningkahkan puteramu kepada salah seorang puterinya dan dengan demikian menjadi kuat kedudukan sosialmu disegani dan dihormati orang karena kedudukan mertuamu yang menonjol di masyarakat. Pergilah engkau ke sana dengan iringan do’a ku semoga Allah memberkahi perjalananmu, memberi rezeki murah dan mudah serta kehidupan yang tenang dan tenteram.

Apa yang dinasihatkan oleh ayah mendapat tempat di hati Ya’qub. Ia memnadang anjuran ayahnya sebagai jalan keluar yang diinginkannya dari kekacauan hubungan denga Ishu, ditambah lagi dengan mengikuti saran dari ayahnya itu akan bisa bertemu dengan bapak saudaranya serta anggota keluarnya dari pihak ibu. Ia segera berkemas membungkus segala barang yang diperlukan dalam perjalanan dengan hati yang terharu serta dengan air mata yang menetes ia meminta restu kepada kedua orangnya untuk meningalkan rumah.

 Nabi Ya’qub berhijrah ke Fadan A’raam

Ya’qub menempuh perjalanan melewati jalan pasir dan sahari yang begitu luas, disertai dengan panas matahari yang begitu terik, begitu panas dikulitnya. Ia melakukan perjalanan ke Fadan A’ram tempat tinggal saudaranya seorang diri. Dalam perjalan yang begitu jauh tersebut, jika lelah ia sesekali berhenti untuk istirahat. Pada saat kondisi tubuh yang terllau lelah ia tertidur dalam istirahatnya di bawah batu karang besar. Dalam tidurnya yang begitu nyenyak ia bermimpi bahwa ia dikarunia rezeki yang luas, kehidupan yang aman dan damai, keluarga dan anak cucu yang soleh dan berbakti, serta kerajaan yang besar dan makmur. Beberapa saat kemudian ia terbangun dari tidurnya, kemudian mengusap matanya lalu menoleh ke kanan dan ke kiri, ia pun menyadari bahwa apa yang dilihatnya hanyalah mimpi. Namun ia yakin bahwa mimpinya tersebut akan menjadi kenyataan suatu saat nanti, seperti apa yang didoakan oleh sang ayang yang masih terasa mendengung di telinganya. Setelah melihat mimpi tersebut, segala letih yang ada tubuhnya tiba tiba hilang seperti memperoleh tenaga baru dan juga semakin bersemangat untuk segera tiba ditempat yang ia tuju dan segera menemui saudara sudara dari pihak ibunya.

Nabi Ya’qub bertemu Laban

Setelah selama berhari hari, siang dan juga malam melalui perjalanan yang penuh liku, akhirnya Nabi Ya’qub tiba di pintu gerbang kota Fadan A’ram.Hatinya lega ketika telah melihat binatang-binatang peliharaan bekliaran di atas padang rumput, dihilatnya juga burung burung bertebaran di udara, serta para penduduk kota yang sedang melakukan aktifitas mencari nafkan untuk mencukup kehidupan masing-masing.

Beberapa saat kemudian, Ya’qub tiba di salah satu persimpangan jalan, kemudian ia berhenti sebentara untuk bertanya kepada salah satu warga untuk bertanya dimanakah tempat tinggal saudara ibunya yang bernama Laban. Karena laban merupakan salah satu orang kaya raya yang memiliki peternakan yang terbesar di kota itu jadi tidak sulit bagi penduduk untuk mengetahui namanya. Salah satu warga yang ditanyainya bisa tahu segra siapa Laban kemudian menunjukkan jarinya ke arah seorang gadis cantik yang sednang mengembala ternaknya yaitu kambing, ia berkata kepada Ya’qub : “Kebetulan sekali, itulah dia puterinya Laban yang akan dapat membawamu ke rumah ayahnya, ia bernama Rahil”

Setelah mendengar apa yang dikatakan salah satu warga itu, Nabi Ya’qub pun kemudian pergi mendatangi gadis cantik itu, diiringi dengan hati yang berdebar. Lalu dengan suara yang terputus-putus, Ya’qub memperkenalkan diri kepada gadis cantik itu, ia menjelaskan bahwa ia merupakan sudaranya sepupunya sendiri. Ibunya yang bernama Rifqah merupakan saudara kadung dari gadis yang bernama Rahil itu. Kemudian Ya’qub menjelaskan kepada Rahil bahwa tujuannya datang ke Fadam A’raam bertujuan untuk menemui ayahnya yang bernama Laban untuk menyampaikan pesan dari Nabi Ishaq yang merupakan ayah dari Nabi Ya’qub. Gadis yang bernama Rahil itu pun menyambut baik penjelasan dari Nabi Ya’qub, kemudian dipersilahkan untuk mengikutinya menuju rumahnya atau tempat dimana Laban tinggal.

Cerita Nabi Ya’qub as Setelah bertemua dengan Laban, Nabi Ya’qub berpelukan dengannya sebagai tanda kegembiraan akan permtuan yang tidak pernah diduga, kemudian air mata pun mengalur ke pipi masing-masing karena harus bersampur suka cita. Selanjutnya Laban menyiapkan kamar khusus untuk keponakannya itu, dan berpesan kepada Nabi Ya;qub agar menganggap sebagai rumah sendiri. Kemudian setelah beberapa minggu tinggal di rumah Laban, Nabi Ya’qub menyampaikan pesan dari ayahnya, yaitu agar mereka berdua menjadi besan dengan jalan menikahkan salah satu puteri Laban dengan Nabi Ya’qub. Pesan dari ayah Nabi Ya’qub tersebut diterima dengan baik dan laban menyetujui dengan pesan tersebut untuk menikahkan putrinya dengan Nabi Ya’qub. Namun sebelum itu, ada satu syarat, yaitu Nabi Ya’qub harus bersedia membantu Laban dalam menjalanakn bisnis peternakannya selama tujuh tahun terlebih dulu. Nabi Ya’qub pun menyetujui syarat yang diajukan oleh calon mertuannya, ia pun mau bekerja mengurus peternakan yang terbesar di kotanya itu.

Nabi Ya’qub menikahi Laiya dan Rahil

Setelah tujuh tahun berlalu, Nabi Ya’qub menagih janji laban yang mengizinkan menikahi salah satu puterinya jika sudah bekerja mengurus ternal selama tujuh tahun. Laban tidak ingkar janji, namun laban menawrkan agar menikahi puter pertamanya yang bernama Laiyla, atau kakak dari Rahil. Namun Nabi Ya’qub menginginkan menikahi Rahil karena Rahil lebih cantik, dan sudah terlanjur menyukainya sejak pertemuan pertamanya. Laban memahami dan mengerti apa yang dirasakan Nabi Ya’qub, namun adat yang berlaku saat itu tidak mengizinkan seorang adik mendahului kakaknya menikah. Jadi sebagai jalan tengah agar tidak mengecewakan Nabi Ya’qub dan tidak melanggar adat yang berlaku saat itu, Laban menyarankan agar Nabi Ya’qub menerima Laiya sebagai isteri pertama, dan Rahil sebagai isteri kedua yang akan dinikahkan suatu saat nanti setelah Ya’qub menjalani kerja dipeternakan selama tujuh tahun.

Nabi Ya’qub yang begitu menghormati lban dan merasa berutang budi, yang telah menerima di rumahnya sebagai keluarga, melayaninya dengan baik dan tidak membeda-bedakan, bahkan dianggap seperti anak kandung sendiri tidka bisa berbuat apa apa, selain menerima saran itu. Pernikahan dengan dengan Laiya pun dilaksanakan dan kontrak kerja selama tujuh tahun pun ditandatangani.

Setelah tujuh tahun kedua berlalu, akhirnya Nabi Ya’qub dinikahkan dengan Rahil, gadis yang sangat ia cintai dan selalu dikenang sejak pertemuan pertama ketika ia baru memaski kota Fadan A’raam. Pernikahan Nabi Ya’qubub dengan dua orang wanita bersaudara, yaitu kakak dan ini tidak melanggar aturan, baik menurut agama maupun adat saat itu.

Seperti yang difirmankan Allah SWT. : “Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan; saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara-saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dan isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan iserimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghidupnkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi maha penyanyang”

Anak-anak Nabi Ya’qub as

Laban memiliki dua orang puteri, yang pertama bernama Leah, dan yang kedua bernama Rahel. Sebenarnya Ya'qub ingin menikah dengan Rahel, karena ia lebih cantik. Akan tetapi Laban mengatakan bahwa bukanlah kebiasaan mereka menikahkan yang kecil sebelum yang besar. Jika Ya'qub ingin menikahi Rahel maka ia harus menikahi Leah lebih dahulu, kemudian bekerja selama 7 tahun kepada Laban agar dapat meminang Rahel. Saat itu hukum menikahi dua gadis sekandung diperbolehkan.
Kepada masing-masing puterinya, Laban memberi seorang sahaya perempuan. Kepada Leah ia memberikan sahaya perempuan bernama Zulfa, dan kepada Rahel ia memberikan sahaya perempuan bernama Balhah. Leah dan Rahel kemudian memberikan sahaya mereka untuk diperistri pula oleh Ya'qub, sehingga istri Ya'qub menjadi 4 orang.
Dari keempat istrinya ini Ya'qub AS memperoleh 12 orang anak lelaki.
  1. Dari istrinya Leah, ia dikaruniai Ruben, Syam'un, Lewi, Yahuda, Yasakir, dan Zabulon.
  2. Dari istrinya Rahel, ia dikaruniai Yusuf dan Bunyamin.
  3. Dari istrinya Balhah, ia dikaruniai Daan dan Naftali.
  4. Dari istrinya Zulfa, ia dikarunian Jaad dan Asyir.
Putra-putra Ya'qub inilah yang merupakan cikal bakal lahirnya Bani Israil. Mereka dan keturunannya disebut sebagai Al-Asbath, yang berarti cucu-cucu.
Sibith dalam bangsa Yahudi adalah seperti suku dalam bangsa Arab, dan mereka yang berada dalam satu sibith berasal dari satu bapak. Masing-masing anak Ya'qub kemudian menjadi bapak bagi sibith Bani Israil. Maka seluruh Bani Israil berasal dari putra-putra Ya'qub yang berjumlah 12 orang.

Dalam sibith-sibith ini kelak diturunkan para nabi, antara lain:
Sibith Lewi, di kalangan mereka terdapat Nabi Musa, Harun, Ilyas, dan Ilyasa.
Sibith Yahuda, di kalangan mereka terdapat Nabi Daud, Sulaiman, Zakaria, Yahya, Isa.
Sibith Bunyamin, di kalangan mereka terdapat Nabi Yunus.

Setelah lewat 20 tahun Ya'qub tinggal bersama pamannya, ia pun meminta izin untuk kembali kepada keluarganya di Kana'an. Saat ia hampir tiba di Kana'an, ia mengetahui bahwa Aish saudaranya telah bersiap menemuinya dengan 400 orang, sehingga Ya'qub merasa takut dan mendoakannya serta menyiapkan hadiah besar bagi saudaranya itu yang dikirimkan melalui orang-orang utusannya.

Lunaklah hati Aish mendapat hadiah pemberian saudaranya. Kemudian ditinggalkannya negeri Kana'an bagi saudaranya lalu ia pergi ke Gunung Sa'ir.
Sedangkan Ya'qub, ia pergi kepada ayahnya Ishaq dan tinggal bersamanya di kota Hebron yang dikenal dengan nama Al-Khalil.

Dalam Al Qur'an, kisah Nabi Ya'qub AS secara tersendiri tidak ditemui, namun namanya disebut dalam kaitannya dengan nabi-nabi lain, diantaranya Nabi Ibrahim AS (kakeknya), dan Nabi Yusuf AS (putranya).

Labar memberi hadiah kepada kedua puterinya yang telah menjadi isteri NabiYa’qub as seorang hamba sahaya untuk membantu mengurus rumah mereka. Dan dari kedua iterinya serta hamba sahaya yang bernama Zulfah dan Balhah yang juga dinikahi oleh Nabi Ya’qub as dan beliau dikarunia dua belas nanak, yang semuanya disebut dalam Al Qur an adalah Al-Asbaath

Laiya melahirkan Rabin, Syam’un, Lawi, Yahuza, Yasakir, Zebulon. Rahil melahirkan Yusuf dan Bunyamin. Rahil meninggal dunia pada waktu melahirkan Bunyamin. Zulfar melahirkan Daan dan Naftali. Dan Balhah melahirkan Yad dan Asyir. Mereka semua disebut Al Asbaath artinya qabila Bani Israil, karena masing-masing dari mereka mempunyai keturunan yang banyak.

Pada suatu masa terjadilah perang antara raja dengan keluarga Nabi Ya’qub as. Nabi Ya’qub mempercayakan kepada anaknya yang bernama Syam’un untuk menghadapi serangan dari raja itu. Kemudian kemenangan anda di pihak Nabi Ya’qub, lalu ia beserta anak-anaknya masuk ke dalam benteng pertahanan yang telah hancur, kemudian harga yang ada pada pihak yang kalah dijadikan sebagai harta rampasan perang.



 Nabi Ya’qub menerima wahyu dari Allah



Beberapa waktu kemudian Nabi Ya’qub as hijrah ke palestina untuk menemui pamannya. Ia berjalan pada malam hari dan beristirahat pada siang harinya. Dalam perjalanan hijrat itu, beliau tertidur di atas sebuah batu, kemudian bermimpi. Dalam mimpi itu Nabi Ya’qub as menerima wahyu dari Allah yang berbunyi “Aku Allah, tiada Tuhan melainkan aku. Aku Tuhan engkau dan Tuhang bapak engkau. Aku telah mewariskan bumi yang suci (Baitul Maqdis) untukmu dan keturunanmu, dan aku memberi berkat padanya dan aku berikan engkau kitab dan pelajaran serta hikmah dan keNabian”

Pada usia yang telah lanjut, Nabi Ya’qub mengikuti puteranya di Mesir yang yang juga seorang Nabi, yaitu Nabi Yusuf yang menjadi pembesar di Negerinya. Nabi Ya’qub tinggak di mesir dan menurunkan banyak keturunan di mesir. Dari sinilah asal muasal bangsa israil tersebsar di Negeri Mesir yang kemudian dibebaskan oleh Nabi Musa as dari penjajahan Fir’aun. Nabi Ya’qub meninggal dunia atau wafat pada usia 147 tahun di negeri Mesir.

Dalam kitab suci Al Qur’an telah dinyatakan bahwa Nabi Ya’qub as telah memberikan wasiat kepada putera-puteranya, setelah beliau mendekati ajalnya, Firman Allah dalam Al Qur an adalah sebagai berikut :

أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

“adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya : “Apakah yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab : “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan neneng moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya” (QS. 2 Al-Baqarah : 133)


Ya'qub Menikah

Dalam perjalanan menuju rumah pamannya di Faddan Aram, Ya'qub tertidur sejenak melepas lelah. Pada saat itulah ia menerima wahyu dari Allah Swt. melalui mimpinya. Dalam mimpinya itu diwahyukan bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah, kecuali Allah; dan Allah mewariskan Baitulmakdis, kehidupan yang bahagia, dan kerajaan besar untuk Ya'qub serta keturunannya.

Tujuh tahun telah dilalui oleh Ya'qub sebagai pekerja dalam perusahaan penternakan Laban. Ya'qub menagih janji bapa saudaranya, untuk dijadikan sebagai anak menantunya. Laban menawarkan kepada Ya'qub, agar menyunting puterinya yang bernama Layya sebagai isteri. Ya'qub hanya ingin Rahel adik Laiya. Ya'qub menyatakan untuk menikah dengan Rahel, bukan Layya. Laban mengerti keinginan Ya'qubb, namun keinginan Ya'qub itu ditolak karena menurut kakak harus dinikahkan lebih dahulu dari adiknya. Laban yang tidak mau mengecewakan hati Ya'qub, lalu memberi pendapat, agar menerima Layya sebagai isteri pertama. Untuk menikahi Rahel, syarat yang sama juga diberi kepada Ya'qub, sebelum Ya'qub dapat memiliki Rahel.

Begitu masa tujuh tahun kedua berakhir dinikahkanlah Ya'qub dengan Rahel. Dengan demikian Nabi Ya'qub beristerikan dua wanita bersaudara, kakak dan adik, Pada saat itu hukum menikahi dua gadis sekandung diperbolehkan, tidak melanggar adat ataupun hukum agama.

Kepada masing-masing puterinya, Laban memberikan seorang budak perempuan. Kepada Layya ia memberikan budak perempuan bernama Zulfa, dan kepada Rahel ia memberikan budak perempuan bernama Balhah. Leah dan Rahel kemudian memberikan sahaya mereka untuk diperistri pula oleh Ya'qub, sehingga istri Ya'qub menjadi 4 orang.

  1. Lea (Li'ah/ Lay'ah/Elia): Rubin, Syam'un, Lawway, Yahuda, Yasakir, Zebulaon, Dina.
  2. Rahel (Rachel): Yusuf, Bunyamin, Yathirah.
  3. Bilha (Balhah, Bilahah): Dann, Naftali.
  4. Zilpa (Zulfa, Zilfah): Jaad (Gad), Asyir (Asyer, Asher).


Dari istrinya yang bernama Layya mempunyai anak yang bernama Lawway, Lawway mempunyai anak 3 orang yaitu Jarsun, Quhas, dan Marun. Quhas mempunyai anak Imran dan Yashar. Imran mempunyai anak Maryam, Harun, dan Musa, sedangkan Yashar mempunyai Qarun, Nafiq dan Dzihun.

Wasiat sebelum wafat

Pada usia yang telah lanjut, Nabi Ya’qub mengikuti puteranya di Mesir yang yang juga seorang Nabi, yaitu Nabi Yusuf yang menjadi pembesar di Negerinya. Nabi Ya’qub tinggal di mesir dan menurunkan banyak keturunan di mesir. Dari sinilah asal muasal bangsa israil tersesar di Negeri Mesir yang kemudian dibebaskan oleh Nabi Musa asdari penjajahan Fir’aun. Nabi Ya’qub meninggal dunia atau wafat pada usia 147 tahun di negeri Mesir.

Dalam kitab suci Al Qur’an telah dinyatakan bahwa Nabi Ya’qub as telah memberikan wasiat kepada putera-puteranya, setelah beliau mendekati ajalnya.

Setelah berlalu waktu yang cukup lama, Nabi Ya’qub ‘alaihissalam pun sakit, ia kumpulkan anak-anaknya dan berpesan kepada mereka agar tetap beribadah kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala, demikian juga tetap beriman dan beramal saleh. Allah Ta’ala berfirman:

أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Mahaesa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (QS. Al Baqarah: 133)

Nabi Yaq'ub 'Alaihis Salam adalah Ayah teladan

Nabi Ya’qub adalah seorang ayah yang patut dijadikan teladan, dimana beliau mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang baik, memberikan nasihat kepada mereka dan menyelesaikan masalah mereka. Namun selanjutnya, saudara-saudara Yusuf dihasut oleh setan untuk berlaku jahat kepada Yusuf ketika mereka mengetahui perhatian ayahnya kepada Yusuf. Sampai-sampai mereka hendak membunuh Yusuf, namun kemudian sebagian mereka mengusulkan untuk melempar Yusuf ke sumur yang jauh agar dibawa oleh kafilah yang lewat dan menjadi budak mereka. Ketika Yusuf tidak kunjung pulang, maka Nabi Ya’qub bersedih dengan kesedihan yang dalam karena berpisah dengan puteranya, bahkan ia sampai menderita buta karena rasa sedih yang begitu dalam. Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta’ala menjadikannya dapat melihat kembali.

Nabi Yaqub Tidur di Bawah Batu Karang

Nabi Yaqub melakukan perjalanan ke Irak pada malam hari, sebab takut diketahui Aish. Ia berjalan kaki sendirian melewati padang pasir dan gurun sahara yang luas sembari membawa bekal secukupnya. Bila merasa lelah, ia beristirahat di tempat yang dinilai cukup aman. Ketika itu ia tertidur di bawah sebuah batu karang yang besar. Dalam tidur nyenyaknya, ia mendapat mimpi yang tidak biasa. Ia diisyaratkan kelak akan dikaruniai kemudahan rezeki, kehidupan sejahtera, anak cucu yang saleh dan berbakti serta kerajaan yang makmur.

Tidak berapa lama kemudian Nabi Yaqub terbangun dari tidurnya. Kedua matanya menoleh ke kiri, lalu ke kanan. Diteliti barang-barang bawaannya. Semuanya masih utuh. Gambaran mimpi itu masih diingatnya secara jelas. Ia yakin bahwa mimpinya suatu saat akan menjelma menjadi kenyataan. Apalagi, sebelumnya sang Ayah telah mendoakannya begitu tulus. Ia pun berkata sendiri dalam hatinya, mimpinya dengan doa Ayah memiliki keterkaitan yang erat. Keletihan telah hilang dari sekujur tubuhnya. Ia segera bangkit dari tempat rehatnya, lantas melanjutkan sisa perjalanan.

Setelah menempuh jarak panjang yang memakan waktu berhari-hari, Nabi Yaqub akhirnya sampai di Irak. Ia sungguh bersyukur tidak menemui kesulitan apapun. Hatinya lega, pikirannya tenang. Dilihatnya para penduduk Irak yang sedang sibuk mencari nafkah. Nabi Yaqub terus berjalan hingga persimpangan jalan. Ia berhenti sejenak untuk menanyakan rumah Laban bin Batu’il kepada salah seorang penduduk. Rupanya sang paman yang ditujunya seorang kaya raya yang terkenal pemilik peternakan terbesar di kota itu. Tentu alangkah mudah bagi Nabi Yaqub untuk menemukan alamatnya.

Warga yang ditanya oleh Nabi Yaqub spontan menunjuk ke arah seorang gadis cantik yang sedang menggembala domba. Gadis itu bernama Rahil, salah seorang putri Laban bin Batu’il. Dengan segenap keberanian, Nabi Yaqub menghampiri Rahil, kemudian memperkenalkan diri. Rahil menyambut Nabi Yaqub secara ramah disertai senyum manis. Selanjutnya Rahil mengantar Nabi Yaqub menuju rumahnya. Dapat dibayangkan betapa bahagianya Laban bertemu keponakannya. Dipeluknya Nabi Yaqub penuh keakraban. Laban pun menyiapkan kamar khusus bagi tamu istimewanya.

Nabi Ya'qub tiba di Iraq

Dengan melalui jalan pasir dan Sahara yang luas dengan panas mataharinya yang terik danangin samumnya {panas} yang membakar kulit, Ya'qub meneruskan perjalanan seorang diri,menuju ke Fadan A'ram dimana bapa saudaranya Laban tinggal. Dalam perjalanan yang jauhitu , ia sesekali berhenti beristirehat bila merasa letih dan lesu .Dan dalam salah satu tempat perhentiannya ia berhenti kerana sudah sangat letih, lalu tertidurlah Ya'qub dibawah teduhansebuah batu karang yang besar .Dalam tidurnya yang nyenyak, ia mendapat mimpi bahawa iadikurniakan rezeki yang luas, penghidupan yang aman damai, keluarga dan anak cucu yangsoleh dan bakti serta kerajaan yang besar dan makmur. 


Terbangunlah Ya'qub dari tidurnya,mengusapkan matanya menoleh ke kanan dan ke kiri dan sedarlah ia bahawa apa yangdilihatnya hanyalah sebuah mimpi namun ia percaya bahwa mimpinya itu akan menjadikenyataan di kemudian hari sesuia dengan doa ayahnya yang masih tetap mendengung ditelinganya. Dengan diperoleh mimpi itu ,ia merasa segala letih yang ditimbulkan oleh perjalanannya menjadi hilang seolah-olah ia memperolehi tanaga baru dan bertambahlahsemangatnya untuk secepat mungkin tiba di tempat yang dituju dan menemui sanak-saudaranya dari pihak ibunya.Tiba pada akhirnya, Ya'qub di depan pintu gerbang kota Fadan A'ram. Setelah berhari-harisiang dan malam menempuh perjalanan yang membosankan tiada yang dilihat selain darilangit di atas dan pasir di bawah. 

Alangkah lega hatinya ketika ia mulai melihat binatang- binatang peliharaan berkeliaran di atas ladang-ladang rumput ,burung-burung berterbangan diudara yang cerah dan para penduduk kota berhilir mundir mencari nafkah dan keperluanhidup masing-masing. Sesampainya disalah satu persimpangan jalan, dia berhenti sebentar bertanya salah seorang penduduk di mana letaknya rumah saudara ibunya Laban barada.Laban seorang kaya-raya yang kenamaan pemilik dari suatu perusahaan perternakan yangterbesar di kota itu tidak sukar bagi seseorang untuk menemukan alamatnya. Penduduk yangditanyanya itu segera menunjuk ke arah seorang gadis cantik yang sedang menggembalakambing seraya berkata kepada Ya'qub"Kebetulan sekali, itulah dia anak perempuan Laban,Rahil, yang akan dapat membawa kamu ke rumah ayahnya".Dengan hati yang berdebar, pergilah Ya'qub menghampiri seorang gadis ayu dan cantik itu,lalu dengan suara yang terputus-putus seakan-akan ada sesuatu yang mengikat lidahnya,Ya'qub mengenalkan diri, bahwa ia adalah saudara sepupunya sendiri. Rifqah ibunya,saudara kandung dari ayah si gadis itu, Laban. Diterangkan lagi kepada Rahil, tujuannyadatang ke Fadam A'raam dari Kan'aan. Mendengar kata-kata Ya'qub yang bertujuan hendak menemui ayahnya, Laban, dan untuk menyampaikan pesanan(Ishaq). Maka, dengan senanghati, sikap yang ramah, muka yang manis , Rahil (anak gadis Laban) mempersilakan Ya'qubbmengikutinya balik ke rumah untuk menemui ayahnya ,Laban, iaitu bapa saudara Ya'qub.Setelah berjumpa, lalu berpeluk-pelukanlah dengan mesranya Laban dengan Ya'qub, tandakegembiraan masing-masing. Pertemuan yang tidak disangka-sangka itu dan mencetuskan

airmata bagi kedua-dua mereka, mengalirlah air mata oleh rasa terharu dan sukcita. Laban binBatu'il, menyediakan tempat dan bilik khas untuk anak saudaranya itu, Ya'qub, yang tiada bedanya dengan tempat-tempat anak kandungnya sendiri, dengan senang hatilah Ya'qub tinggal dirumah Laban seperti rumah sendiri.Setelah selang beberapa waktu tinggal di rumah Laban , Ya'qub menyampaikan pesananayahnya (Ishaq), agar Ishaq dan Laban menjadi besan, dengan mengahwinkannya kepadasalah seorang dari puteri-puterinya. Pesanan tersebut di terima oleh Laban, dia bersetuju akanmengahwinkan Ya'qub dengan salah seorang puterinya. Sebagai mas kahwin, Ya'qub harusmemberikan tenaga kerjanya di dalam perusahaan penternakan bakal mentuanya selama tujuhtahun. 

Ya'qub setuju dengan syarat-syarat yang dikemukakan oleh Laban. BekerjalahYa'qub sebagai seorang pengurus perusahaan penternakan terbesar di kota Fadan A'raam itu.Tujuh tahun telah dilalui oleh Ya'qub sebagai pekerja dalam perusahaan penternakan Laban.Ya'qub menagih janji bapa saudaranya, untuk dijadikan sebagai anak menantunya. Labanmenawarkan kepada YYa'qub, agar menyunting puterinya yang bernama Laiya sebagai isteri.Ya'qub berhendakkan Rahil adik Laiya, kerana Rahil lebih cantik dan lebih ayu dari Laiya.Ya'qub menyatakan hasrat untuk berkahwin dengan Rahil, bukan Laiya. Laban mengertikeinginan Ya'qub, namun hasrat itu ditolak kerana mengikut adat mereka, kakak harusdikahwinkan dahulu dari adiknya. Laban yang tidak mahu kecewakan hati Ya'qub, lalumenyuarakan pendapat, agar menerima Laiya sebagai isteri pertama. Bagi mengahwini Rahil,syarat yang sama juga diberi kepada Ya'qub, sebelum Ya'qub dapat memiliki Rahil.Ya'qub yang sangat hormat kepada bapa saudaranya dan merasa berhutang budi kepadanyayang telah menerimanya di rumah sebagai keluarga sendiri. Malah, Laban melayannyadengan baik dan menganggapnya seperti anak kandungnya sendiri. 


Lalu, Ya'qub tidak dapat berbuat apa-apa selain menerima cadangan bapa saudaranya itu . Perkahwinan dengan Laiyadilaksanakan, dan perjanjian untuk mengawini Rahil ditandatangani.Begitu masa tujuh tahun kedua berakhir dikahwinkanlah Ya'qub dengan Rahil gadis yangsangat dicintainya dan selalu dikenang sejak pertemuan pertamanya tatkala ia masuk kotaFadan A'raam. Dengan demikian Nabi Ya'qub beristerikan dua wanita bersaudara, kakak danadik, hal mana menurut syariat dan peraturan yang berlaku pada waktu tidak terlarang. Akantetapi, syariat ini diharamkan oleh Nabi Muhammad S.A.W.Laban memberi hadiah seorang hamba sahaya untuk menjadi pembantu rumahtangga kepadasetiap satu anak perempuannya, Laiya dan Rahil. Dan dari kedua isterinya serta kedua hambasahayanya itu Ya'qub dikurniai dua belas anak, di antaraya Yusuf dan Binyamin dari ibuRahil

Tidak ada komentar:

Posting Komentar