15 Feb 2016

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati

Sesungguhnya setiap manusia akan mengalami kesudahan. Betapa pun lezatnya dia merasakan kenikmatan hidup di dunia, betapa pun panjang umurnya, betapa pun dia memuaskan syahwat dan meneguk kenikmatan dunia, dirinya tetap akan mengalami kesudahan. Kematian! Itulah kesudahan tersebut. Sesuatu yang tidak dapat dihindari. Allah ta’ala berfirman,






كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185)

Seorang penyair berkata,
كل ابن أنثى وإن طالت سلامته
1يوما على آلة حدباء محمول
Setiap manusia, betapa pun panjang umurnya
Kelak di suatu hari, dirinya akan terusung di atas keranda
Pada hari tersebut seluruh makhluk kembali menghadap kepada Allah jalla wa ‘ala agar seluruh amalan mereka dihisab. Allah ta’ala berfirman,


وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ
“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah.” (QS. Al Baqarah: 281)

Hari yang sering terlupakan, hari yang paling akhir, hari di mana kerongkongan tersekat. Tiada hari setelahnya dan tidak ada yang semisal dengannya. Itulah hari yang dahsyat dan telah Allah tetapkan bagi seluruh makhluk-Nya, baik yang muda maupun yang tua, yang terpandang maupun yang hina. Itulah hari kiamat, pertemuan yang telah dijanjikan.

Namun sebelum itu, ada waktu di mana setiap manusia berpindah dari kampung yang penuh tipu daya menuju kampung abadi sesuai dengan amalannya. Pada waktu itu, manusia akan melayangkan pandangannya yang terakhir kali kepada anak dan kerabatnya, dirinya akan memandang dunia ini untuk kali yang terakhir. Di saat itulah, tanda-tanda sekarat akan nampak di wajahnya. Muncul rasa sakit dan tarikan nafas yang teramat dalam dari lubuk hatinya.

Di waktu itu, manusia akan mengetahui betapa hinanya dunia ini. Di waktu itu, dirinya akan menyesali setiap waktu yang telah disia-siakannya. Dirinya akan memanggil, “Wahai Rabb-ku!”,

رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ
“Dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” (QS. Al Mu’minuun: 99-100)

Di waktu itulah, kebinasaan dan kematian akan menjemputnya. Malaikat maut akan menghampirinya seraya memanggil dirinya. Duhai! Apakah yang akan dia serukan? Seruan menuju surga ataukah seruan menuju neraka?!!

Ketahuilah, sesungguhnya pengasingan yang hakiki adalah pengasingan dalam lahad tatkala diri diliputi kain kafan. Tidakkah anda membayangkan bagaimana anda diletakkan di atas dipan, tiba-tiba tangan para handai taulan mengguncang tubuh anda (agar anda tersadar). Sekarat semakin keras anda alami dan kematian menarik ruh anda di setiap urat. Kemudian ruh tersebut kembali menuju kepada Pencipta-nya. Alangkah dahsyatnya kejadian itu!

Para keluarga pun datang dan menyalati anda, kemudian menurunkan jasad anda ke dalam kubur. Sendirian, tanpa seorang pun yang menemani. Ibu dan bapak tidak lagi menemani, saudara pun tidak ada yang akan menenangkan.

Di sanalah seorang akan merasakan keterasingan dan ketakutan yang teramat sangat. Dalam sekejap, hamba akan berpindah dari kampung yang hina menuju negeri yang dipenuhi kenikmatan jika dirinya termasuk seorang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal yang shalih. Atau sebaliknya, dia akan menuju negeri kesengsaraan dan dipenuhi azab yang pedih, bila dirinya termasuk seorang yang buruk amalnya dan senang mendurhakai Sang Pencipta jalla wa ‘ala.

Sisi kehidupan dunia yang menipu telah dilipat, dan nampaklah di hadapan hamba ketakutan di hari kebangkitan. Hiburan dan kesenangan berlalu, dan yang tersisa hanyalah kelelahan (di hari berbangkit). Dalam sekejap, lembaran hidup seorang tertutup, entah lembaran hidupnya diwarnai dengan kebaikan atau sebaliknya diwarnai dengan keburukan. Timbul dalam hati, penyesalan terhadap hari-hari yang telah dilalui dalam keadaan lalai dari mengingat Allah dan hari akhir.

Demikianlah, dunia dan seisinya berlalu dan berakhir sedemikian cepatnya. Dan sekarang dirinya menghadapi tanda-tanda kesengsaraan di depan matanya. Ruhnya kembali kepada penciptanya dan berpindah menuju kampung akhirat dengan berbagai keadaannya yang begitu menakutkan. Dalam sekejap, dirinya kembali menjadi sesuatu yang tidak dapat disebut. Dalam sekejap, seorang singgah di awal persinggahan akhirat dan menghadapi kehidupan yang baru. Entah itu kehidupan yang bahagia, atau kehidupan yang mengenaskan. Wal ‘iyadzu billah.

Terdapat kubur yang penghuninya saling berdekatan dan berbeda-beda tingkat keshalihannya, itulah kubur yang didiami oleh penghuni yang senantiasa merasakan kenikmatan dan kesenangan.

Ada pula kubur yang terletak di lapis terbawah dan dipenuhi siksaan yang teramat pedih. Penghuninya berteriak, namun tidak ada seorang pun yang menjawabnya. Dirinya meminta agar dikasihani, namun tidak seorang pun yang mampu memenuhi permintaannya.

Kemudian, dirinya akan menemui hari yang telah dijanjikan. Suatu hari, ketika bumi diganti dengan bumi yang lain dan demikian pula langit dan seluruh makhluk di Padang Mahsyar berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Suatu hari, yang pada hari itu seorang tidak mampu menolong orang yang dikasihinya sedikit pun.

Tatkala malaikat penyeru memanggil, keluarlah seluruh mayit dari kubur menuju Rabb-nya dalam keadaan bertelanjang kaki, tak berbaju dan tidak berkhitan. Mereka tidak lagi memiliki pertalian nasab, juga kemuliaan, tidak pula kedudukan dan harta.

فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلا يَتَسَاءَلُونَ . فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ . وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ . تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ النَّارُ وَهُمْ فِيهَا كَالِحُونَ
“Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya. Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keberuntungan. Barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahanam. Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat.” (QS. Al Mukminuun: 101-104).

Pada hari itu, Allah mengumpulkan seluruh umat, baik yang terdahulu maupun yang datang kemudian. Di hari itu, kecemasan dan kesabaran tercerai berai. Pada hari itu, berbagai catatan amal disebar dan dipancanglah berbagai timbangan amal. Di hari itu, seorang akan lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, juga dari istri dan anaknya. Hari di mana seorang pelaku maksiat (kafir) menginginkan, jika sekiranya dia dapat menebus dirinya dari azab hari itu dengan anak-anaknya, istrinya, saudaranya serta kaum kerabat yang telah melindunginya di dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar